MAKALAH
PEMENTASAN DRAMA
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh :
Husnun Nisa’
1401411537
1E
Dosen Pengampu: Drs. Suwandi, M.Pd.
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Bagi para pecinta seni
khususnya seni peran dan teater tentu tidak asing lagi dengan istilah drama. Seni
Drama adalah curahan perasaaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk gerak bercerita
yang diramu dengan musik yang sesuai.
Seni pada mulanya
adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu.
Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu
artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya,
masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium,
dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai
yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu,
untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan
cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman
mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman
sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk
(seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
B.
TUJUAN
PENULISAN MASALAH
Tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui
pengertian drama.
2. Dapat
menjelaskan cara pementasan drama.
3. Mengetahui
dasar-dasar dan tata artistik drama.
C.
ALASAN
PENULISAN MAKALAH
Alasan penulis membahas maklah ini adalah agar pembaca
dan pembuat makalah dapat mengetahui dan memahami tentang pementasan drama,
dapat menjelaskan unsur-unsur pementasan drama serta dapat menerapkan atau
mempraktikkannya dalam sebuah pementasan karya sastra.
D.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
diatas, pokok permasalahan yang saya angkat adalah:
1.
Apakah yang disebut drama?
2.
Apa sajakah dasar-dasar pementasan dan
tata artistik drama?
3. Bagaimana
cara mementaskan drama?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
DRAMA
Drama
berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani yaitu “draomai” yang
berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Sedangkan
dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku,
mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi
adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut
aktor atau lakon.
Drama
adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak dan konflik merupakan sumber pokok
dari drama.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa
pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang
diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang
melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.
Ketiga, kejadian yan menyedihkan.
Dalam
pementasan drama, juga dikenal istilah unsur intrinsik.Unsur-unsur intrinsik
drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu
sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman (1996 : 23) ada 7 yakni : alur, amanat,
bahasa, dialog, latar, petunjuk teknis, tema dan tokoh.
B.
BENTUK-BENTUK DRAMA
1.
Drama
menurut masanya
Drama menurut masanya,
dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama:
a. Drama
Baru / Drama Modern
Drama
baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada
mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b. Drama
Lama / Drama Klasik
Drama
lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian,
kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan
lain sebagainya.
2. Berdasarkan Bentuk Sastra Cakapnya
Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua:
a.
Drama puisi, yaitu drama yang
sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan
unsur-unsur puisi.
b.
Drama prosa, yaitu drama yang
cakapannya disusun dalambentuk prosa.
3.
Berdasarkan sajian isinya
a.
Tragedi (drama duka), yaitu
drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi
gawatkarena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan
tokoh pada keputusasaan dankehancuran. Dapat juga berarti drama serius
yangmelukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yangluar biasa, yang
berakhir dengan malapetaka ataukesedihan.
b.
Komedi (drama ria), yaitu drama
ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat
bersifatmenyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c.
Tragikomedi (drama dukaria),
yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur duka cita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
4.
Berdasarkan kuantitas cakapannya
a.
Pantomim, yaitu drama tanpa
kata-kata
b.
Minikata, yaitu drama yang
menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c.
Doalogmonolog, yaitu drama yang
menggunakan banyakkata-kata.
5.
Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a. Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suaraatau musik.
b.
Sendratari, yaitu drama yang
menonjolkan seni eksposisi.
c.
Tablo, yaitu drama yang
menonjolkan seni eksposisi.
6.
Bentuk-bentuk lain
a.
Drama absurd, yaitu drama yang
sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b.
Drama baca, naska drama yang
hanya cocok untuk dibaca,bukan dipentaskan.
c.
Drama borjuis, drama yang
bertema tentang kehidupan kambangsawan (muncul abad ke-18).
d.
Drama domestik, drama yang
menceritakan kehidupanrakyat biasa.
e.
Drama duka, yaitu drama yang
khusus menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh utama
f.
Drama liturgis, yaitu drama yang
pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di AbadPertengahan).
g.
Drama satu babak, yaitu lakon
yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil
pemerangaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h.
Drama rakyat, yaitu drama yang
timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama
dipedesaan).
C.
PEMBAGIAN
TUGAS DALAM PEMENTASAN DRAMA
Sebelum
sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan,terlebih dahulu perlu kita
kenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja
pementasan adalah kerja kelompokatau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim
penyelenggara dan tim pementasan.
1. Tim pementasan
Yang
dimaksud tim pementasanadalah sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya
seni(drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulisnaskah,
tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor.Sebenarnya tim
pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas
panggung) atau aktor, dan tim behind stage(belakang panggung). Kedua tim ini
memiliki peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
a.
Sutradara.
Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah
pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemainsesuai peran
dalam naskah), mengatur akting para aktor, danmengatur kru lain dalam mendukung
pementasan. Pada dasarnyaseorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus
bertanggung jawabmutlak atas pementasan.
b.
Penulis Naskah.
Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih
untukdipentaskan, penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia tidak
memilikihak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab
visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalamperencanaan akting, seorang
penulis naskah hanya dimintasebagai komentator.
c.
Penata Panggung.
Tugas utama penata panggung adalahmewujudkan latar
(setting panggung) seperti yang diinginkan olehsutradara. Biasanya sutradara
akan berdiskusi dengan penatapanggung untuk mewujudkan setting panggung yang
mendukungcerita.
d.
Penata Cahaya.
Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan
sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan
mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu
berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus
memilikipengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e.
Penata Rias dan Busana.
Tugas utama penata rias dan busanaadalah mewujudkan
rias dan kostum para aktor sesuai dengankarakter tokoh yang dituntut oleh
sutradara. Biasanya, penata riasdan busana berkoordinasi erat dengan sutradara.
f.
Penata Suara.
Tugas utama penata suara adalah mewujudkansound effect
yang mendukung pementasan. Bersama denganpenata busana, penata panggung, dan
penata cahaya, penatasuara menciptakan latar yang mendukung pementasan.
Jelasbahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memilikikemampuan mengelola
soundsistem dan soundeffect.
g.
Aktor.
Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh
yangditugaskan kepadanya oleh sutradara.
2. Tim penyelenggara
Yang
dimaksud tim penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk
melaksanakaan "acara" pementasan.Tim penyelenggara meliputi:
a.
Ketua Panitia
b.
Sekretaris
c.
Bendahara
d.
Sie Acara
e.
Sie Dana
f.
Sie Dokumentasi
g.
Sie Perlengkapan
h.
Sie Konsumsi
i.
Sie Tempat
Tim ini
berperandalam "menjual" karya seni (drama). Sukses tidaknya acara
pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial
minimal balik modal, apresiasi penonton,sound sistem, lighting yang bagus)
bergantung pada tim ini.
D.
TEKNIK
PEMENTASAN DRAMA
Dalam
mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra
(1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mementaskan drama
Teknik tersebut yaitu :
1.
Teknik
Muncul
Cara pemain memunculkan
diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu drama babak,
atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai peran
yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri
sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah
lembut sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
2.
Teknik
memmberi Isi
Pengucapan suatu
kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya
:
DIA sangat baik padaku
(bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku
(bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku (
bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU
(bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus
terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak anggota badan
lainnya (gestur)
3.
Teknik
Pengembangan
Teknik membuat drama
bergerak dinamis menuju klimaks atau drama tidak datar. Teknik terbagi atas
beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah,
(a) Teknik
pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara atau sebaliknya,
menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara
atau sebaliknya
(b) Teknik
pengembangan jasmaniah, yakni
-
Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk
menjadi berdiri lalu berjongkok dan seterusnya
-
Dengan cara memalingkan kepala, tubuh
atau seluruh tubuh
-
Dengan cara berpindah tempat dari kiri
ke kanan , dari belakang ke depan, dan sebagainya.
-
Dengan cara menggerakan anggota badan
tanpa berubah tempat seperti menggerakkan kaki atau jari
-
Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk
mencerminkan emosi tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan
kesedihan dan sebagainya.
4.
Teknik
Timing
Tekni ini merupakan
ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang
diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:
- Bergerak
sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala “aku lupa,
maaf!’
- Bergerak
sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil mengucapkan “Aku lupa,
maaf!”
- Bergerak
setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!” lalu menepuk kepala.
5.
Teknik
Penonjolan
Penonjolan isi
merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu
kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana
dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat
menikmati pementasan dengan penuh keharuan.
E.
DASAR-DASARPEMENTASAN
DRAMA
Sebelum bermain drama,
Junaedi (1989) dan Ramelan (1982) mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan
yang perlu dikuasai dengan baik supaya pemntasan dapat menarik simpati
penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut.
1.
Penguasaan
Vokal
Seorang calon pemain
drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai artikulasinya
secara tepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras.. Penguasaan
vokal ini biasanya di tempat terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu
sampai sempurna pengucapannya.
2.
Penguasaan
Mimik.-Intonasi Dasar
Seorang calon pemin
harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah
biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik
sedih ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup,
sedang mimik gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut
terseyum. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo
lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat nada tinggi,
tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekanan bersifat sedang).Mimik
dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.
3.
Penguasan Kelenturan Tubuh
Tubuh seorang pemain
drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak
kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasaai tubuh yang elastis, perlu melakukan
serangkaian gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke
utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan
perasaan sedih, jalan kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga
jatuh bergulingan, dan seterusnya.
4.
Penguasaan
Pemahaman Watak Peran
Suatu peran menjadi
hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran
yang tepat. Untuk memperoleh.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari
uraian pembahasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Drama
(Yunani Kuno: draomai) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian
untuk diperankan oleh aktor.
2. Drama
dibagi kedalam beberapa bentuk, yaitu menurut masanya, berdasarkan sastra
cakapnya, sajian isi, kualitas cakapnya, berdasarkan pengaruh unsur seni dan
bentuk-bentuk lain.
3. Pembagian
tugas dalam pementasan drama dibagi kedalam dua tim, yaitu tim penyelenggara
dan tim pementasan.
4. Lima
teknik pementasan drama yaitu: teknik muncul, teknik memberi isi, teknik
pengembangan, teknik timing dan teknik penonjolan.
5. Dasar-dasar
pementasan drama meliputi: penguasaan vokal, penguasaan mimik-intonasi vokal,
penguasaan kelenturan tubuh dan pemahaman watak.
B. SARAN
Dalam
sebuah pementasan drama, perlu juga diperhatikan sisi kekompakan pemain serta profesionalisme
agar pementasan dapat berjalan lancar dan sukses. Selain itu, faktor waktu,
durasi dari satu alur ke alur berikutnya lain juga perlu diperhatikan agar
jalannya drama terkesan tepat. Kerjasama serta kekompakan dari kedua tim sangat
menentukan kesuksesan pementasan drama.
DAFTAR PUSTAKA
Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi
Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press
Ramelan, Kastoyo. 1980.
Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai
Tjokroatmodjo dkk.
1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:
Usaha Nasional
Mien, Rukmieni..2000. Apresiasi
Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud