Jumat, 25 November 2011


MAKALAH

PEMENTASAN DRAMA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :
Husnun Nisa’
1401411537
1E


Dosen Pengampu: Drs. Suwandi, M.Pd.


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG MASALAH
Bagi para pecinta seni khususnya seni peran dan teater tentu tidak asing lagi dengan istilah drama. Seni Drama adalah curahan perasaaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk gerak bercerita yang diramu dengan musik yang sesuai.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).

B.   TUJUAN PENULISAN MASALAH
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Mengetahui pengertian drama.
2.      Dapat menjelaskan cara pementasan drama.
3.      Mengetahui dasar-dasar dan tata artistik drama.

C.   ALASAN PENULISAN MAKALAH
Alasan penulis membahas maklah ini adalah agar pembaca dan pembuat makalah dapat mengetahui dan memahami tentang pementasan drama, dapat menjelaskan unsur-unsur pementasan drama serta dapat menerapkan atau mempraktikkannya dalam sebuah pementasan karya sastra.

D.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, pokok permasalahan yang saya angkat adalah:
1.      Apakah yang disebut drama?
2.      Apa sajakah dasar-dasar pementasan dan tata artistik drama?
3.      Bagaimana cara mementaskan drama?

















BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN DRAMA
Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani yaitu “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon.
Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak dan konflik merupakan sumber pokok dari drama.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Ketiga, kejadian yan menyedihkan.
Dalam pementasan drama, juga dikenal istilah unsur intrinsik.Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman  (1996 : 23) ada 7 yakni : alur, amanat, bahasa, dialog, latar, petunjuk teknis, tema dan tokoh.

B.        BENTUK-BENTUK DRAMA
1.    Drama menurut masanya
Drama menurut masanya, dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama:
a.       Drama Baru / Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
b.      Drama Lama / Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.

2.      Berdasarkan Bentuk Sastra Cakapnya
Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua:
a.          Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
b.    Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalambentuk prosa.

3.              Berdasarkan sajian isinya
a.          Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawatkarena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dankehancuran. Dapat juga berarti drama serius yangmelukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yangluar biasa, yang berakhir dengan malapetaka ataukesedihan.
b.         Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifatmenyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
c.          Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur duka cita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
4.              Berdasarkan kuantitas cakapannya
a.          Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
b.         Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
c.          Doalogmonolog, yaitu drama yang menggunakan banyakkata-kata.
5.              Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
a.     Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suaraatau musik. 
b.          Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
c.           Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
6.              Bentuk-bentuk lain
a.          Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
b.         Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca,bukan dipentaskan.
c.          Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kambangsawan (muncul abad ke-18).
d.         Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupanrakyat biasa.
e.          Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh utama
f.             Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di AbadPertengahan).
g.          Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemerangaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
h.    Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama dipedesaan).

C.   PEMBAGIAN TUGAS DALAM PEMENTASAN DRAMA
Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan,terlebih dahulu perlu kita kenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja kelompokatau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan.
1.     Tim pementasan
Yang dimaksud tim pementasanadalah sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni(drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulisnaskah, tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor.Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind stage(belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
a.       Sutradara.
Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemainsesuai peran dalam naskah), mengatur akting para aktor, danmengatur kru lain dalam mendukung pementasan. Pada dasarnyaseorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus bertanggung jawabmutlak atas pementasan.
b.      Penulis Naskah.
Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untukdipentaskan, penulis naskah sudah "mati". Artinya, ia tidak memilikihak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalamperencanaan akting, seorang penulis naskah hanya dimintasebagai komentator.
c.       Penata Panggung.
Tugas utama penata panggung adalahmewujudkan latar (setting panggung) seperti yang diinginkan olehsutradara. Biasanya sutradara akan berdiskusi dengan penatapanggung untuk mewujudkan setting panggung yang mendukungcerita.
d.      Penata Cahaya.
Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus memilikipengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e.       Penata Rias dan Busana.
Tugas utama penata rias dan busanaadalah mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengankarakter tokoh yang dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata riasdan busana berkoordinasi erat dengan sutradara.
f.        Penata Suara.
Tugas utama penata suara adalah mewujudkansound effect yang mendukung pementasan. Bersama denganpenata busana, penata panggung, dan penata cahaya, penatasuara menciptakan latar yang mendukung pementasan. Jelasbahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memilikikemampuan mengelola soundsistem dan soundeffect.
g.       Aktor.
Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yangditugaskan kepadanya oleh sutradara.
2.    Tim penyelenggara
Yang dimaksud tim penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan "acara" pementasan.Tim penyelenggara meliputi:
a.    Ketua Panitia
b.    Sekretaris
c.    Bendahara
d.    Sie Acara
e.    Sie Dana
f.      Sie Dokumentasi
g.    Sie Perlengkapan
h.    Sie Konsumsi
i.      Sie Tempat
Tim ini berperandalam "menjual" karya seni (drama). Sukses tidaknya acara pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial minimal balik modal, apresiasi penonton,sound sistem, lighting yang bagus) bergantung pada tim ini.

D.   TEKNIK PEMENTASAN DRAMA
Dalam mementaskan atau bermain drama perlu memahami berbagai teknik. Menurut Rendra (1978) ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam mementaskan drama Teknik tersebut yaitu :
1.    Teknik Muncul
Cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama kalinya di atas pentas dalam satu drama babak, atau adegan. Pemunculan tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan. Jika memerankan seorang ustadz, dia harus memperlihat diri sebagaimana layaknya ustadz, berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemah lembut sesuai dan prilaku kelihatan sopan dan santun kepada siapa pun.
2.    Teknik memmberi Isi
Pengucapan suatu kalimat dengan penekanan makna tertentu melalui tempo, nada, dinamik, misalnya :
DIA sangat baik padaku (bukan saya atau mereka)
Dia SANGAT baik padaku (bukan kurang atau cukup)
Dia sagat BAIK padaku ( bukan tidak baik )
Dia sangat baik PADAKU (bukan orang lain tapi padaku)
Teknik ini harus terpadu dengan teknik jasmaniah seperti mimik, sikap, gerak anggota badan lainnya (gestur)
3.    Teknik Pengembangan
Teknik membuat drama bergerak dinamis menuju klimaks atau drama tidak datar. Teknik terbagi atas beberapa teknik yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah,
(a)      Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara atau sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan kecepatan tempo suara atau sebaliknya
(b)      Teknik pengembangan jasmaniah, yakni
-         Menaikkan posisi jasmaniah, dari duduk menjadi berdiri lalu berjongkok dan seterusnya
-         Dengan cara memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh
-         Dengan cara berpindah tempat dari kiri ke kanan , dari belakang ke depan, dan sebagainya.
-         Dengan cara menggerakan anggota badan tanpa berubah tempat seperti menggerakkan kaki atau jari
-         Dengan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi tertentu, misalnya mata sendu, muram untuk mengekspresikan kesedihan dan sebagainya.
4.    Teknik Timing
Tekni ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu yang singkat atau sekejap, misalnya:
-       Bergerak sebelum mengucapkan kata-kata tertentu, seperti menepuk kepala “aku lupa, maaf!’
-       Bergerak sambil mengucapkan sesuatu seperti menepuk kepala sambil mengucapkan “Aku lupa, maaf!”
-       Bergerak setelah mengucapkan sesuatu seperti “Aku lupa, maaf!” lalu menepuk kepala.
5.    Teknik Penonjolan
Penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam suatu adegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat menikmati pementasan dengan penuh keharuan.

E.   DASAR-DASARPEMENTASAN DRAMA
Sebelum bermain drama, Junaedi (1989) dan Ramelan (1982) mengemukakan beberapa dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pemntasan dapat menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut.


1.    Penguasaan Vokal
Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonandan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai suara yang jelas dan keras.. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.
2.    Penguasaan Mimik.-Intonasi Dasar
Seorang calon pemin harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut terseyum. Di samping mimik harus pula menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah- tekanan lembut) intonasi marah (tempo cepat nada tinggi, tekanan keras) dan intonasi gembira (tempo-nada-tekanan bersifat sedang).Mimik dan intonasi sangat mendukung peran yang dimainkan.
3.     Penguasan Kelenturan Tubuh
Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku. Untuk mencapai penguasaai tubuh yang elastis, perlu melakukan serangkaian gerakan seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat, ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih, jalan kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan seterusnya.
4.    Penguasaan Pemahaman Watak Peran
Suatu peran menjadi hidup bila aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat. Untuk memperoleh.









BAB III
PENUTUP
A.   SIMPULAN
Dari uraian pembahasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Drama (Yunani Kuno: draomai) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor.
2.      Drama dibagi kedalam beberapa bentuk, yaitu menurut masanya, berdasarkan sastra cakapnya, sajian isi, kualitas cakapnya, berdasarkan pengaruh unsur seni dan bentuk-bentuk lain.
3.      Pembagian tugas dalam pementasan drama dibagi kedalam dua tim, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan.
4.      Lima teknik pementasan drama yaitu: teknik muncul, teknik memberi isi, teknik pengembangan, teknik timing dan teknik penonjolan.
5.      Dasar-dasar pementasan drama meliputi: penguasaan vokal, penguasaan mimik-intonasi vokal, penguasaan kelenturan tubuh dan pemahaman watak.

B.   SARAN
Dalam sebuah pementasan drama, perlu juga diperhatikan sisi kekompakan pemain serta profesionalisme agar pementasan dapat berjalan lancar dan sukses. Selain itu, faktor waktu, durasi dari satu alur ke alur berikutnya lain juga perlu diperhatikan agar jalannya drama terkesan tepat. Kerjasama serta kekompakan dari kedua tim sangat menentukan kesuksesan pementasan drama.





DAFTAR PUSTAKA
Junaedi, Moha. 1982. Apresiasi Sastra II. Ujung Pandang: FPBS IKIP Press
Ramelan, Kastoyo. 1980. Seni Drama. Jakarta: Tiga Serangkai
Tjokroatmodjo dkk. 1985. Pendidikan Seni Drama Suatu Pengantar. Surabaya:
Usaha Nasional
Mien, Rukmieni..2000. Apresiasi Drama Secara Produktif. Jakarta: Depdikbud